budayaproses globalisasi menyatakan diri dalam pengaturan sosial dalam kaitannya dengan pertukaran eksprsi dan simbol mengenai fakta, pengertian, kepercayaan, serta nilai-nilai. Arena ekonomi mempunyai bebrapa dimensi dan beberapa pola-pola tipe ideal. Dimensi ekonomi terdiri dari perdagangan, produksi, investasi, ideologi organisasi,
Globalisi ekonomi merupakan proses kegiatan ekonomi secara global yang melibatkan negara-negara di dunia. Adanya perdagangan bebas di era globalisasi ekonomi saat ini, UMKM “Hunay” dituntut untuk melakukan strategi-strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui tantangan yang dihadapi oleh UMKM dan strategi yang harus dilakukan pelaku UMKM agar mampu memenangkan persaingan yang begitu ketat di tengah arus globalisasi ekonomi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan sumber data primer dan sekunder yakni melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM bawang merah “Hunay” mampu mengahadapi persaingan di tengah globalisasi ekonomi, terbukti wilayah pemasaran produknya bukan hanya di Probolinggo, namun sudah sampai luar kota bahkan telah menembus pasar luar negeri. Faktor agar UMKM tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan, yakni UMKM harus terus melakukan inovasi, meningkatkan teknologi, dan memperluas jaringan bisnis agar dapat menguasai pangsa pasar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 127 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 UMKM DALAM PERSAINGAN DI ERA GLOBALISASI EKONOMI Studi di UKM Hunay Probolinggo Nur Hasanatul Faizah1*, Mohammad Syaiful Suib2 Universitas Nurul Jadid * faizahnurhasanatul Micro Small and Medium Enterprises’ MSMEs competition in the era of economic globalization Study at “Hunay” MSMEs Abstract Economic globalization is a process of global economic activity involving countries in the world. The existence of free trade in the current era of economic globalization, "Hunay" MSMEs are required to carry out appropriate strategies to win the competition. This research is aimed at finding out the challenges faced by MSMEs and the strategies that must be carried out by MSME actors to be able to win such intense competition in the midst of economic globalization. In this study, researchers used descriptive qualitative methods with primary and secondary data sources namely through observation, interviews, and literature. Based on the results of the study, it was shown that the "Hunay" onion SMEs were able to face competition in the midst of economic globalization, it was proven that the area of product marketing was not only in Probolinggo, but even outside the city had penetrated foreign markets. Factors for MSMEs to survive in the midst of intense competition, namely MSMEs must continue to innovate, improve technology, and expand business networks to gain market share. Keywords MSMEs, Competitiveness, Economic globalization. Abstraksi Globalisi ekonomi merupakan proses kegiatan ekonomi secara global yang melibatkan negara-negara di dunia. Adanya perdagangan bebas di era globalisasi ekonomi saat ini, UMKM “Hunay” dituntut untuk melakukan strategi-strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui tantangan yang dihadapi oleh UMKM dan strategi yang harus dilakukan pelaku UMKM agar mampu memenangkan persaingan yang begitu ketat di tengah arus globalisasi ekonomi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan sumber data primer dan sekunder yakni melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM bawang merah “Hunay” mampu mengahadapi persaingan di tengah globalisasi ekonomi, terbukti wilayah pemasaran produknya bukan hanya di Probolinggo, namun sudah sampai luar kota bahkan telah menembus pasar luar negeri. Faktor agar UMKM tetap bertahan di tengah ketatnya persaingan, yakni UMKM harus terus melakukan inovasi, meningkatkan teknologi, dan memperluas jaringan bisnis agar dapat menguasai pangsa pasar. Kata Kunci UMKM, Daya Saing, Globalisasi Ekonomi. UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 128 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam melimpah yang dapat menjadi modal dalam pengembangan ekonomi negara. Hal ini dapat diwujudkan dengan menghasilkan suatu produk sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Dunia bisnis saat ini telah menjamur yang mengakibatkan persaingan semakin ketat. Dalam mengembangkan usaha bisnis ada dua hal yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis, yakni kemampuan dalam menghasilkan produk dan kemampuan mengahadapi persaingan dengan pelaku bisnis lainnya Intan Shaferi; Ekaningtyas Widiastuti, 2013. Hal ini berlaku pada semua pelaku bisnis yang melayani pasar lokal maupun pasar nasional ekspor-impor. Salah satu yang memberi kontribusi dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara yakni Usaha Mikro Kecil dan Menengah selanjutnya disebut UMKM. UMKM dianggap sangat penting karena memiliki karakteristik-karakteristik yang menjadi pembeda dengan usaha besar, yakni UMKM merupakan usaha-usaha padat karya, menggunakan bahan baku lokal, dan sebagai penyedia barang-barang dan jasa yang kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah. Jumlah UMKM yang banyak di Indonesia memiliki potensi dalam perekonomian negara yakni dilihat dari 1 UMKM sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi berbagai sektor, 2 menyerap banyak tenaga kerja 3 menjadi sumber inovasi dalam pasar, 3 mampu berkontribusi besar untuk menjaga neraca pembayaran melalui ekspor sehingga berpengaruh pada pengurangan kemiskinan Tedjasuksmana, 2016. Namun, potensi yang ada tidak seimbang dengan permasalahan yang sedang dihadapi UMKM. Beberapa permasalahan yang sering dihadapi UMKM seperti; keterbatasan dalam modal, teknologi, informasi pasar, sumber daya manusia yang rendah, iklim usaha yang tidak kondusif akan menyebabkan rendahnya produktivitas UMKM. Menurut Kuncoro UMKM memiliki tantangan yang cukup berat dalam memperkuat perekonomian nasional Alief Rakhman S, 2015. Saat ini ditengah arus persaingan era globalisasi membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global. UMKM dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam mengembangkan produk, meningkatkan sumber daya manusia dan teknologi, serta memperluas pemasarannya. Hal ini diperlukan agar mampu meminimalisir bahkan menghilangkan penyebab lemahnya daya saing yang dihadapi UMKM. Sehingga dapat menambah nilai jual UMKM dan mampu bersaing dengan produk asing yang saat ini telah membanjiri pasar nasional maupun internasional. Sedangkan tolak ukur keberhasilan dalam perdagangan internasional dapat dilihat dari daya saingnya. Daya saing inilah yang menjadi kunci bagi pelaku bisnis dan negara agar berhasil dalam melakukan perdagangan di tengah arus globalisasi saat ini. Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan UMKM yang dinilai cukup pesat. Kabupaten Probolinggo berada di wilayah Provinsi Jawa Timur memiliki UMKM yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. UMKM di kabupaten Probolinggo bergerak diberbagai sektor seperti perdagangan, olahan pangan, tekstil dan sebagainya. Keberadaan UMKN di Kabupaten Probolinggo ini tidak dapat dipandang sebelah mata karena telah banyak penghargaan satya kencana dalam bidang UMKM yang diperoleh kabupaten ini Ramdhana, 2016. Saat ini salah satu produk yang menjadi andalan UMKM Kabupaten Probolinggo adalah olahan bawang merah. UMKM bawang merah ini terletak di dusun Tesnan, desa Tegalrejo, Kecamatan Dringu. Industri dinamakan UD. Dua Putri UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 129 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 Solehah atau lebih dikenal dengan UMKM “Hunay”. UMKM ini dikelola oleh Nurul Khotimah sejak tahun 2010. Awal mula berdirinya UMKM ini karena melihat jumlah bawang merah yang melimpah dengan fluktuasi harga yang sering rendah saat musim panen. Oleh karena itu, Nurul Khotimah berinisiatif untuk mengolah bawang merah agar memiliki daya jual yang tinggi dengan produk pertamanya bawang goreng. Selama mengolah bawang merah ini, pihaknya memilih bawang merah berkualitas untuk menghasilkan produk terbaik. Berkat dari usaha yang digelutinya, UMKM ini telah mempekerjakan karyawan sebanyak puluhan orang. Hal ini membuktikan bahwa UMKM mampu membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Seiring waktu, Nurul Khotimah berinovasi dengan membuat snack dari bawang merah yang dinamakan camilan sehat “Hunay” dengan variasi rasa, serta membuat sambal bawang merah. Untuk pemasaran sendiri, ada tiga target pasar yakni pasar modern, tradisional dan oleh-oleh. Awalnya pemasarannya hanya sebatas wilayah probolinggo, namun terus berkembang hingga dipasarkan ke luar kota seperti lumajang, Kalimantan, papua dan Sumatra. Pada tahun 2017, UMKM ini sudah mulai melakukan ekspor ke luar negeri Edy, 2018. Melihat persaingan di era globalisasi saat ini, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah tantangan apa saja yang dihadapi UMKM saat ini serta strategi yang digunakan oleh UMKM agar mampu bertahan dan bersaing di era Globalisasi ekonomi saat ini? Bertolak dari permasalahan tersebut adapun tujuan dari penelitian ini agar mengetahui tantangan yang dihadapi oleh UMKM dan strategi yang harus dilakukan pelaku UMKM lainnya agar juga mampu bertahan maupun memenangkan persaingan yang begitu ketat di tengah arus globalisasi ekonomi. LANDASAN TEORI Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM di Indonesia telah menjadi bagian penting dalam perekonomian negara. Hal ini disebabkan karena jumlah UMKM lebih banyak dari pada usaha yang berskala besar dan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak serta mampu mempercepat proses pemerataan sebagai bagian dari pembangunan. Oleh sebab itu, sudah selayaknya UMKM mempunyai payung hukum untuk mengatur dan melindungi kegiatan UMKM Suci, 2017. Ada beberapa pengertian mengenai UMKM menurut BPS, bank Indonesia, dan bank dunia dapat dilihat melalui tabel dibawah ini Tabel 1 Pengertian UMKM Menurut BPS, Undang-Undang, Bank Indonesia, dan Bank Dunia Pekerja < 5 orang termasuk tenaga kerja keluarga Undang-Undang Negara Pasal1 Tahun 2008 usaha yang produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan dengan asset bersih paling banyak Rp. 50 juta dan omset penjualan maksimal Rp. 300 juta per tahun Aset bersih Rp. 50-500 juta UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 130 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan omset penjualan setiap tahun Rp. 300 juta sampai Rp. 2,5 miliar Aset bersih Rp. 500 juta sampai Rp. 10 miliar,dengan penjualan setiap tahunnya mencapai Rp. 2,5 miliar sampai Rp. 50 miliar Dijalankan rakyat miskin atau dekat miskin, bersifat usahan keluarga menggunakan sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri Aset <= Rp 200 juta Omset <= Rp 1 milyar per tahun Untuk kegiatan industri, asset < Rp 5 Milyar, untuk lainnya termasuk jasa asset < 600 juta selain tanah dan bangunan. Omset < Rp 3 milyar per tahun Pekerja < 10 orang asset < $ Pekerja < 50 orang Asset < $ 3 juta Omset < $ 3 juta per tahun Pekerja < 300 orang Asset < $15 juta Omset < $ 15 juta/tahun Sumber Singgih, 2007 Terlepas dari pengertian UMKM diatas, kelebihan UMKM adalah ditengah kelesuan perekonomian akibat terjadinya inflasi UMKM masih mampu bertahan dan berperan sebagai penopang perekonomian masyarakat kecil. Selain itu, UMKM juga terbukti mampu menambah devisa negara melalui industri kecil non formal tanpa adanya subsidi atau proteksi. Sedangkan ada permasalah yang sedang dihadapi UMKM secara umum yakni Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, keterbatasan dalam memperoleh modal usaha yang memadai. Ketiga, manajemen sumber daya manusia yang masih rendah. Keempat, terbatasnya jaringan kerjasama antar pengusaha yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan informasi mengenai pemasaran. Efendi ishak berpendapat bahwa informasi pasar sangat diperlukan agar dapat membuat rencana-rencana secara tepat dalam menjalankan bisnisnya. Kelima, masih kurangnya pembinaan yang dilakukan untuk UMKM dan kurangnya kepercayaan masyarakat pada usaha kecil. Keenam, terjadinya persaingan yang saling mematikan mengakibatkan iklim usaha menjadi tidak kondusif Alief Rakhman S, 2015. Daya Saing dalam Gobalisasi Ekonomi Konsep daya saing tidak dapat terepas dari evolusi teori daya saing itu sendiri. Awalnya teori daya saing UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 131 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 membahas tentang kemampuan perusahaan agar tetap bertahan dalam pasar yang dinamis. Teori daya saing dikemukakan oleh beberapa pakar. Simanjuntak berpendapat bahwa daya saing merupakan kemampuan perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa dengan biaya yang rendah namun tetap memiiki kualitas yang baik serta dapat diterima oleh pasar Ariyanto, 2013. Sedangkan Latruffe mendifinisikan daya saing sebagai kemampuan negara dalam menawaarkan produk yang telah memenuhi standar kualitas, harga pasar, dan mendapatkan keuntungan yang tinggi sebagai pengganti selama melakukan proses produksi. Menurut Hitt, daya saing berbicara tentang sejauh mana perusahaan dapat memenuhi permintaaan pasar, dalam memproduksi barang dan jasa dengan tetap mempertahankan atau meningkatakan pendapatan dan karyawannya Eka Handriani, 2011. Daya saing sebuah UKM dapat berdampak pada kinerja perusahaan meliputi faktor internal, eksternal lingkungan, dan pengusaha. Gambar 1. Konsep Daya Saing Sumber Rahmana, 2009 Daya saing merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui posisi setiap produk, perusahaan, industri, dan negara daam persaingan secara nasional atau internasional. Daya saing sering digunakan untuk membandingkan dengan para pesaing. Ha ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan atau kelemahan pesaing sehingga mampu menentukan strategi yang tepat dilakukan dalam memenangkan persaingan. Daya saing dapat dianalisis dengan menggunakan 2 pendekatan yaitu RCA Revealed Comparative Advantage menggambarkan keunggulan suatu negara terhadap komoditasnya yang menyatakan suatu negara sebagai eksportir atau importir dan CMSA Constant Market Share Analysis mengukur dinamika tingkat daya saing ekspor yang menunjukkan efek dari pertumbuhan ekspor yaitu efek komposisi komoditas, distribusi pasar dan daya saing sehingga dapat mengetahui pangsa pasar suatu negara Satryana & Karmini, 2013. Menurut Tambunan Wardhani & Agustina, 2015 beberapa yang harus dipenuhi industri agar dapat bersaing secara regional maupun internasional yakni 1. Menciptakan lingkungan internal yang kondusif, meliputi kualitas sumber daya manusia, menguasai teknologi dan informasi, sistem manajemen dan organisasi yang baik, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak luar. 2. Menciptakan lingkungan eksternal yang kondusif meliputi sistem perburuhan dan kondisi pasar buruh, kondisi infrastruktur, dan tingkat pendidikan masyarakat. Tulus Tambunan mengemukakan bahwa globalisasi ekonomi diartikan sebagai proses yang melibatkan banyak negara dalam kegiatan ekonomi dunia. Dengan adanya globalisasi ekonomi ini akan menciptakan perubahan perekonomian dunia dengan mengikuti perubahan teknologi yang semakin cepat Peningkatan Produktivitas Kemampuan dalam Mempertahankan Pangsa Pasar Suplai Tepat Waktu dan Harga Kompetitif Fleksibilitas dan Manajemen Differensiasi Produk Kemampuan Berinovasi dan Efektivitas Pemasaran UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 132 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan yang terjadi ini mengakibatkan saling ketergantungan ekonomi dan persaingan yang semakin ketat antar negara. Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin sempitnya batas-batas geografi dalam melakukan perdagangan secara nasional maupun internasional yang melibatkan berbagai negara. Pada dasarnya pelaksanaan pasar bebas mengacu pada dua prinsip yakni pertama, prinsip kebebasan berdagang freedom of trade bahwa setiap negara atau individu memiliki kebeeasan untuk berdagang dengan pihak manapun di dunia ini. Kedua, prinsip kebebasan untuk berkomunikasi freedom of communication dengan prinsip ini setiap negara memiliki kebebasan untuk memasuki negara lain dalam melakukan transaksi perdagangan internasional. Semakin sempitnya batas geografi negara menurut Halwani disebabkan oleh banyak hal, diantaranya semakin canggih dan murahnya komunikasi dan transportasi, adanya pembebasan devisa, ekonomi negara yang semakin terbuka, manajemen yang semakin efisien, kemajuan teknologi dan meningkatnya keunggulan setiap Negara Tjip Ismail, 2010. Terlepas dari itu, ada beberapa dampak yang timbul akibat globalisasi ekonomi baik itu secara positif atau negatif antara lain 1. Ekspor. Dampak positif dari kegiatan ekspor yakni setiap negara mengalami peningkatan dalam ekspor atau pangsa pasar dunia. Sedangkan dampak negatif yang timbul adalah suatu negara akan kehilangan pangsa pasar dunianya yang akan berdampak juga pada volume produksi dalam negeri dan pertumbuhan PDP serta jumlah pengangguran dan angka kemiskinan yang mengalami peningkatan. 2. Impor. Dengan adanya peningkatan impor akan berdampak negatif apabila produk dalam negeri memiliki daya saing yang rendah dengan produk-produk serupa luar negeri sehingga tidak mustahil apabila pasar domestik sepenuhnya akan dikuasai oleh produk luar negeri. 3. Investasi. Apabila daya saing investasi suatu negara rendah dan tidak kondusif dibandingkan negara lainny, maka akan berdampak pada berkurangnya arus modal ke dalam negeri dan modal investasi domestik akan lari dari negara tersebut. 4. Tenaga kerja. Dampak negatif yang muncul yakni adanya tenaga luar negeri yang menguasai dalam negeri. Jika kualitas sumber daya manusia tenaga kerja dalam negeri rendah maka tidak dapat dipungkiri nantinya peluang kesmpatan kerja akan dikuasai oleh tenaga kerja luar negeri akibat rendanya daya saing. Perdagangan bebas di era globalisasi ekonomi saat ini menuntut pelaku usaha memperluas akses jaringan bisnisnya agar dapat bersaing mengusai pasar. Pelaku usaha juga harus menghasilkan produk yang sesuai dengan selera konsumen melalui inovasi produk. Selain itu, untuk menembus pasar luar negeri pelaku usaha harus memiliki dokumen-dokuemen ekspor berkaitan dengan sertifikat produk, legalitas usaha dan lainnya Yaman, 2011. Hal ini diperlukan agar dapat memudahkan kegiatan ekspor. Banyak pelaku usaha yang memilih melakukan ekspor melalui pihak eksporitir besar yang berakibat pada tingginya biaya pengiriman dan harga produk yang ditawarkan tidak mampu bersaing dengan produk lainnya yang telah mampu melakukan ekspor sendiri. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini tidak menggunakan logika matematis, namun, dengan menggunakan deskripsi atau gambaran secara sistematis tentang UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 133 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 fenomena-fenomena yang terjadi sesuai dengan fakta-fakta sehingga mendapatkan kebenaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi UMKM Mulyadi, 2011. Data yang digunakan berasal dari sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan pihak informan Nurul Khotimah selaku pemilik UMKM bawang merah mengenai informasi seputar inovasi produk yang diproduksi, manajemen usaha dan informasi area pangsa pasar untuk memasarkan produknya. Sedangkan data sekunder diperoleh peneliti dengan melakukan studi literatur dari berbagai jurnal ilmiah, internet, buku dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah terbesar. Oleh sebab itu, sering kali terjadi fluktuasi harga yang rendah karena banyaknya jumlah bawang merah yang tersedia saat panen raya tiba. Melihat peluang bisnis tersebut, Nurul Khotimah kemudian mendirikan UMKM produk olahan bawang merah sejak 17 Oktober 2010 yang bernama UD. Dua Putri Sholehah. UMKM ini terletak di Desa Tegalrejo Rt 02 Rw 03 Kecamatan Dringu. Dalam melakukan pengolahan produk, biasanya dilakukan pemilihan bawang merah yang berkualitas. Jenis bawang merah yang diolah disini adalah bawang merah varientas biru lancor. Bahan baku ini pemilik dapatkan dari para petani dan pedagang sekitar dengan memproduksi 1,5 kwintal/hari. UMKM ini mampu memproduksi 800-900 bungkus kemasan/hari. Kemampuan UMKM dalam menghadapi persaingan di era globalisasi ini perlu ditingkatkan agar dapat bertahan. Strategi yang harus dilakukan untuk memenangkan persaingan Menurut Tambunan Wardhani & Agustina, 2015 beberapa hal yang harus dipenuhi industri agar dapat bersaing secara regional maupun internasional yakni menciptakan lingkungan internal yang kondusif meliputi kualitas sumber daya manusia, menguasai teknologi dan informasi, sistem manajemen dan organisasi yang baik, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak luar. UMKM bawang merah “Hunay” harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dalam memproduksi olahan bawang merah. Hal ini diperlukan agar dapat memproduksi bawang merah secara efisien sehingga mampu memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu. Saat ini, UD. Dua Putri Sholihah masih sedikit menggunakan sentuhan teknologi mesin modern. Hal ini dilakukan karena teknologi modern belum bisa menggantikan teknologi manual tentang masalah rasa. Sebuah produk UMKM harus memiiki keunggulan dan kekhasan tersendiri agar mampu bertahan dalam menghadapi pesaing produk yang serupa. Awalnya UMKM UD. Dua Putri Sholehah ini menghasilkan produk bawang goreng saja. Namun, pihaknya terus berinovasi dengan memproduksi camilan sehat bawang merah dan sambal bawang. Untuk menjaga kuaitas produk yang dihasilkan, produk bawang merah goreng dikemas plastik dengan ketebalan tertentu. Untuk camilan sendiri, pihak UMKM mengemasnya dengan plastik berdesain menarik. Ada empat varian rasa dalam camilannya yakni varian ayam bakar, keju, original, dan sapi panggang. Empat varian rasa ini kemudian dikemas ke dalam kotak kecil. Sedangkan produk sambal dikemas ke dalam botol-botol plastik. Gambar 2 Hasil Produk Bawang Merah “Hunay” UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 134 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 Di era globalisasi saat ini, hal yang sangat penting dilakukan adalah menguasai pangsa pasar. Untuk memasarkan produk UMKM bawang merah, pihaknya terus melakukan promosi melalui pemasangan baliho, mengikuti pameran atau event-event tertentu. Selain itu, UMKM bawang merah “Hunay” ini memanfaatkan teknologi informasi dengan melakukan promosi melalui media sosial seperti facebook dan blog. Dengan adanya promosi ini dapat mengingkatkan volume penjualan produk UMKM bawang merah. Hal ini terbukti dengan produk bawang merah “Hunay” tidak hanya dipasarkan di kabupaten Probolinggo namun hingga menembus pasar internasional. Ada tiga target pasar yang menjadi sasaran UMKM miik Nuru Khotimah yakni, pasar tradisional, pusat oleh-oleh, dan pasar modern. Untuk pemasaran di kabupaten probolinggo, pihak UMKM melakukan pengiriman sendiri dengan kendaraan pribadi. Sedangkan produk yang dipasarkan di luar kota Jember, Malang, Lumajang, Situbondo bahkan luar pulau Bali, Sulawesi, Kalimantan, Papua pihaknya bekerjasama dengan pihak corefour dalam memasarkannya. Selain itu, untuk terus bersaing di tengah globalisasi ekonomi ini pihak UMKM bawang merah memperluas pemasarannya dengan melakukan ekspor yang dimulai pada tahun 2017. Ekspor dilakukan ke beberapa negara seperti; Jerman, Hongkong, jepang, Korea, Taiwan, Amerika dan negara Timur Tengah. Dalam melakukan ekspor, pihaknya tidak melakukan sendiri namun melalui eksportir besar. Hal ini dilakukan karena pihaknya masih terkendala oleh peraturan perundang-undangan seperti ISO. ISO merupakan suatu standar internasional dalam manajemen mutu. ISO diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan/konsumen terhadap kualitas dan kemaanan produk usaha Yaman, 2011. Namun, saat ini UMKM telah dilakukan pendampingan oleh pihak kementerian perdagangan agar dapat melakukan ekspor sendiri. Targetnya, selama 1 tahun pendampingan pihak UMKM bawang merah “Hunay” mampu melakukan ekspor sendiri. SIMPULAN Dari pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa globalisasi ekonomi merupakan proses kegiatan ekonomi secara global yang melibatkan negara-negara di seluruh dunia. Salah satu dampak yang terjadi yakni adanya perdagangan bebas. Dengan adanya perdagangan bebas ini, memungkinkan suatu negara dapat melakukan transaksi perdagangan tanpa ada lagi hambatan. Adanya globalisasi ekonomi ini menimbulkan banyak tantangan yang harus dihadapi UMKM. Globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini menuntut UMKM terus memperbaiki diri agar mampu memenangkan persaingan yang begitu ketat. Oleh sebab itu, ada beberapa aspek yang harus dikembangkan oleh UMKM yakni terus melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan, memanfaatkan kemajuan teknologi dalam melakukan produksi dan pemasaran, meningkatkan sumber daya manusia, memperluas informasi, mampu membaca peluang pasar dan memperluas jaringan bisnis agar mampu menguasai pangsa pasar yang tinggi. Adapun implikasi strategi-strategi yang perlu dilakukan oleh UMKM dalam menghadapi tantangan-tantangan di tengah globalisasi saat ini yakni UMKM perlu meningkatkan kemampuannya secara merata dan memiliki keunggulan tersendiri terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu, UMKM disarankan mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi dan informasi selama proses produksi sampai proses pemasarannya agar dapat menguasai pasar. REFERENSI Alief Rakhman S, D. 2015. Kajian Strategi Pemberdayaan UMKM Dalam Menghadapi Perdagangan UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 135 UPAJIWA DEWANTARA VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2019 Bebas Kawasan Asean Studi Kasus Kampung Batik Laweyan. Etikonomi, 142, 205–220. Ariyanto, D. C. 2013. Dalam Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010. Edy. 2018. DWP Bakesbangpol Jawa Timur Kunjungi Pengkab Probolinggo. Probolinggo Suara Media Nasional. Eka Handriani. 2011. Pengaruh Faktor Internal Ekternal, Enterpreneurial Skill, Strategi dan Kinerja Terhadap Daya Saing UKM Di Kabupaten Semarang. Dinamika Sosial Ekonomi, 75, 47–69. Intan Shaferi; Ekaningtyas Widiastuti. 2013. Reorientasi Jaringan Pemasaran UMKM di Era Globalisasi dan Otonomi Daerah, 1-11. Mulyadi, M. 2011. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurna Studi Komunikasi Dan Media, 151, 127–138. Rahmana, A. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 SMATI 2009, 2009Snati, B11–B15. Ramdhana, D. 2016. Formulasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam Pemberdayaan Pelakau Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM . Universitas Airlangga, 1–10. Satryana, M. H., & Karmini, N. L. 2013. Analisis Daya Saing Ekspor Teh Indonesia Ke Pasar ASEAN Periode 2004-2013. E-Jurnal EP Unud, 55, 598–613. Singgih, M. N. 2007. Strategi Penguatan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM Sebagai Refleksi Pembelajaran Krisis Ekonomi Indonesia. Ekonomi Modernisasi, Vlolume 3, 218–227. Retrieved from Suci, Y. R. 2017. Perkembangan UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 61, 51–58. Tedjasuksmana, B. 2016. Potret UMKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, 189–202. Retrieved from - Budianto Tjip Ismail. 2010. Peradilan Pajak dan Kepastian Hukum di tengah Globalisasi Ekonomi. Hukum, 172, 271–294. Wardhani, R. S., & Agustina, Y. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing pada Sentra Industri Makanan Khas Bangka di Kota Pangkalpinang. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 64–96. Yaman, A. 2011. Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001 2008 Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Umkm, 21–29. ... Sedangkan menurut Tambunan, semakin mempersempit batas kegiatan ekonomi secara nasional dan regional disebabkan oleh banyak hal, termasuk komunikasi dan transportasi yang semakin canggih dan murah, lalu lintas devisa yang semakin bebas, semakin terbuka perekonomian negara, penggunaan penuh keunggulan komparatif dan kompetitif masing-masing negara, metode produksi dengan organisasi manajemen yang lebih efisien, dan perkembangan pesat perusahaan multinasional di seluruh dunia Tambunan & Indonesia, 2005. Selain itu menurut Faizah membuat lebih banyak industri melangkah maju karena perkembangan teknologi, meningkatnya biaya dunia per kapita rata-rata, tingkat pendidikan masyarakat dunia yang semakin maju, sains dan teknologi di semua bidang dan meningkatnya populasi dunia Faizah, 2020. ...Chamdan PurnamaYohanis Singgih BudihartoDwi Rizki MaulanaFrieda KrisantiCurrent and prospective business characteristics enter the market climate. So today we live in four eras at the same time, the globalization of the economic period, the period of information technology, the strategic efficiency management era, and the revolutionary era in management. We must discover the characteristics of each period and bring it against management principles. Based on the results of the assessment, it is known that Kademangan Village not only has abundant natural potential, but is also supported by skilled Human Resources HR, especially in handicrafts and food preparations. Even so the living conditions of the people, especially the economic aspects, are not sufficient. This is caused by several factors such as the still poor quality of human resources and inadequate village infrastructure. For example, the community of handicrafts and food preparations have not been able to produce different products and of good quality so that they have high selling points. Considering these various conditions, the PKM Student Activity Center activities are directed at the economic aspect by organizing training for community service activities with the theme "Entrepreneurship Training to Improve Community Economy in Kademangan Village, Mojoagung District, Jombang Regency". Keywords Economy; Entrepreneurship; SocietyDewi SulistianingsihPujiono PujionoArif HidayatAndry SetiawanWhen a product, handicraft or agricultural product, which has distinctive characteristics, and can be distinguished from products from other regions, which is influenced by geographical factors and human factors, then the product can be categorized as a geographical indication product. The benefits of geographical indications are believed to have a positive impact, especially in terms of economic and social aspects. Socially, geographical indications are able to develop local communities. Economically, geographical indications are able to provide welfare for local communities. This article is the result of research using normative juridical research. This type of research is qualitative research. The data collected in this study consisted of primary data and secondary data. Primary data is primary legal material, namely in the form of norms or basic rules and legal doctrines and laws and regulations related to the research theme. Secondary legal materials are books related to the research theme in the form of research results, reports, articles in the mass media and the internet, seminar results, or other scientific meetings relevant to this research. The purpose of this study is to analyze the potential economic value of geographically indicated products and to analyze the strategies adopted to increase the economic value of geographically indicated products in order to be able to provide welfare for local communities. This article will discuss the analysis of the existing economic value of geographical indication products and appropriate strategies to increase the economic value of geographical indication products. Not all geographical indication products are able to provide economic value that can directly generate prosperity for local communities. There needs to be a strategy that is carried out, not only by the people who own geographical indication products, but also the Indonesian government and various other related parties, such as academics and business ShohibRani Nurul Laili HerzegovinaAchmad HanafiFidhia YuningtiyasThe need on economic influenced some societies either to work or to create new business were part of way to make them in survive. One of them were Lumajang people who had micro, small, medium enterprises that produced crackers. The appearence of Pandemi Covid-19 effected to the business sector so that the accompany must be have new strategic to solve this problems. One of them was UD X as micro, small, medium enterprises which have effected by this pandemi Covid-19. The research was field research, the data collection were interviews, observation, documentation, field-notes, questionnaire, and the direct observation as primary data which supported by secundary data of the research from the texts or other resources by using triangulation analysis. The result of IFASUD analysis that X had some weakness in solving the marketing challenges such as cost of goods expensive and some costs of goods sold. Thus, the result revealed the UD X was quadrant IX showed that UKM Crackers of UD. X has to improve the administration of conglomerate divest, and the quadrant result IV position UD. X should do the aggressive attack in order that the running UKM crackers X could be creative industry is one of the industries that currently supports the Indonesian economy. The purpose of this study is to formulate the distribution model of Jember's creative industry towards the international market. This study is quantitative-descriptive research conducted in Jember using SMEs as population. Furthermore, samples were taken by using a non-probability sampling technique with a convenience sampling method. The analytical tool used in this study was a fishbone diagram. The results of the fishbone diagram analysis showed several causes of SMEs growth problems such as the lack of HR skills in foreign languages, the inadequate of sophisticated technology in business, and the minimal amount of business capital. The inappropriate adoption of the technology was then identified as the root cause of the problem. Thus, the distribution model for the creative industry to increase competitiveness in the international market is the technology application in every element of the SMEs. Keywords creative industry, distribution model, fishbone diagram, international marketSafira Aliyani FirdausIgo Fadilah IlhamLiza Putri Aqidah Imam BuchoriThis study aims to determine and analyze the appropriate strategies to improve the economy of MSMEs when new normal is applied due to the impact of the Covid-19 pandemic.. The results obtained from this study indicated that there was a need for fast, precise and tangible steps from the government and business actors to overcome the losses that have occurred due to the pandemic and to make updates and evaluations of the business cycle following the current conditions so that businesses can continue to survive and Nur SinggihUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Realitas yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa UMKM Usaha Mikro, Kecil, Menengah adalah sektor ekonomi nasional yang paling strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Rendahnya profesionalisme sumber daya manusia yang mengelola, keterbatasan permodalan dan akses terhadap perbankan dan pasar, kemampuan penguasaaan teknologi yang rendah menjadi permasalahan yang harus dicarikan solusi untuk strategi penguatan UMKM Arief RahmanaABSTRAK Usaha Kecil Menengah UKM mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi dan industri suatu negara. Hampir 90% dari total usaha yang ada di dunia merupakan kontribusi dari UKM. Disamping itu, UKM mempunyai kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Studi empirik menunjukkan bahwa UKM pada skala internasional merupakan sumber penciptaan lapangan pekerjaan. Kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia, mempunyai peranan yang signifikan dalam penanggulangan masalah pengangguran. Dalam era ekonomi global saat ini, UKM dituntut untuk melakukan perubahan guna meningkatkan daya saingnya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan daya saing UKM adalah teknologi informasi TI. Penggunaan TI dapat meningkatkan transformasi bisnis melalui kecepatan, ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi dalam jumlah yang besar. Studi kasus di Eropa juga menunjukkan bahwa lebih dari 50% produktivitas dicapai melalui investasi di bidang TI. UKM dikatakan memiliki daya saing global apabila mampu menjalankan operasi bisnisnya secara reliable, seimbang, dan berstandar IsmailThis research discusses the problem of legal certainty in economic globalization and tax court as legal enforcement instrument and tax dispute settlement through tax court. This research uses qualitative research method which secondary data is legal source. Using this method, this research found First, tax court might be an important instrument in the effort of creating legal certainty; Second, tax court is a court under Supreme Court which exercise court kehakiman power in the matter of taxation; Third, tax dispute is a dispute in the matter of taxation between subject of tax wajib pajak and government official which has authority in taxation. Key word Tax court, legal certainty, economic globalizationDalam Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Tengah TahunD C AriyantoAriyanto, D. C. 2013. Dalam Struktur Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Tahun Faktor Internal Ekternal, Enterpreneurial Skill, Strategi dan Kinerja Terhadap Daya Saing UKM Di Kabupaten SemarangEka HandrianiEka Handriani. 2011. Pengaruh Faktor Internal Ekternal, Enterpreneurial Skill, Strategi dan Kinerja Terhadap Daya Saing UKM Di Kabupaten Semarang. Dinamika Sosial Ekonomi, 75, Jaringan Pemasaran UMKM di Era Globalisasi dan Otonomi DaerahEkaningtyas WidiastutiEkaningtyas Widiastuti. 2013. Reorientasi Jaringan Pemasaran UMKM di Era Globalisasi dan Otonomi Daerah, Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar MenggabungkannyaM MulyadiMulyadi, M. 2011. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurna Studi Komunikasi Dan Media, 151, 127-138. Daya Saing Ekspor Teh Indonesia Ke Pasar ASEAN PeriodeAnalisis Daya Saing Ekspor Teh Indonesia Ke Pasar ASEAN Periode 2004-2013. E-Jurnal EP Unud, 55, UMKM Usaha Mikro Kecil dan MenengahY R SuciSuci, Y. R. 2017. Perkembangan UMKM Usaha Mikro Kecil dan MenengahAnalisis Faktor-Faktor yangR S WardhaniY AgustinaWardhani, R. S., & Agustina, Y. 2015. Analisis Faktor-Faktor yangPerkembanganekonomi Indonesia dan kawasan regional memberikan efek pada keamanan nasional, termasuk sektor keamanan maritim. Abdul. (2015). Pengelolaan Kemaritiman Menuju Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Jurnal Keamanan Nasional, hlm. 431. Gloria. V. G. (2019). Dharma Samudera Dalam Perspektif Maritim di Era Globalisasi. DalamDalam era globalisasi di mana integrasi pasar uang dan modal semakin nyata sosoknya, kebijakan ekonomi makro menghadapi tantangan yang bertubi-tubi dengan semakin rumitnya dan saling terkaitnya variabel yang harus ikut diperhitungkan. Makalah ini bermaksud menengok sekejap kepada kebutuhan pendayagunaan kebijakan fiskal dalam peningkatan perannya sebagai salah satu kebijakan makro ekonomi. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa perhitungan yang benar mengenai dampak moneter dari anggaran pemerintah, peningkatan sumner tabungan dalam negeri melalui revitalisasi perpajakan dan perubahan strategi perpajakan. Pemangkasan pungutan bukan pajak melalui undang-undang yang berwibawa dan enforceabel akan mampu menciptakan sistem keuangan negara yang terpadu dan sehingga perannya sebagai alokator, distributor dan stabilisator menjadi berfungsi optimal Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 EKONOMI MAKRO DAN DEREGULASI PASAR UANG DAN GLOBALISASI DI INDONESIA Oleh Munir Tubagus ABSTRAK Dalam era globalisasi di mana integrasi pasar uang dan modal semakin nyata sosoknya, kebijakan ekonomi makro menghadapi tantangan yang bertubitubi dengan semakin rumitnya dan saling terkaitnya variabel yang harus ikut diperhitungkan. Makalah ini bermaksud menengok sekejap kepada kebutuhan pendayagunaan kebijakan fiskal dalam peningkatan perannya sebagai salah satu kebijakan makro ekonomi. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa perhitungan yang benar mengenai dampak moneter dari anggaran pemerintah, peningkatan sumner tabungan dalam negeri melalui revitalisasi perpajakan dan perubahan strategi perpajakan. Pemangkasan pungutan bukan pajak melalui undangundang yang berwibawa dan enforceabel akan mampu menciptakan sistem keuangan negara yang terpadu dan sehingga perannya sebagai alokator, distributor dan stabilisator menjadi berfungsi optimal. Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 A. Pendahuluan Faktorfaktor dalam pengendalian ekonomi makro Salah satu faktor utama dalam pengendalian ekonomi makro adalah tingkat inflasi, yang di Indonesia diukur menurut tingkat. perubahan Indeks Harga Konsumen IHK. Dengan semakin kompleksnya struktur ekonomi, perdagangan dan keuangan, maka semakin rumit ula cara lasi. Kombmas kebijakan yang beragam harus digunakan secara tepat, seperti kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan perdagangan, kebijakan dan kebijaksanaan penetuan harga dan kerangka kebijaksanaan moneter, inflasi dapat ditekan dengan cara mengatur menaikkan tingkat bunga fasilitas diskonto. Sedangkan pada kebijaksanaan fiskal, inflasi dapat ditempuh di antaranya dengan menciptakan surplus anggaran, yakni dengan jalan menurunkan permintaan total melalui penurunan pengeluaran pemerintah, ataupun dengan menaikkan tarif pajak. Dalam hal kebijaksanaan tarif, pengendalian inflasi dapat dilakukan dengan menurunkan tarif bea ma uk untuk barangbarang impor. Hal ini diharapkan akan biaya produksi menjadi lebih rendah dan seterusnya mengurangi tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran. Kebijaksanaan penetapan harga maksimum celling price dan penentuan indeks upah bagi buruh juga dapat mengendalikan inflasi, terutama bagi barangbarang dan industriindustri yang mempunyai proporsi besar dalam mengerek laju inflasi. Pengendalian inflasi sebenarnya harus dilakukan dengan membandingkan tingkat inflasi dalam negeri dengan tingkat inflasi di negara mitra dagang utama. Tingkat inflasi yang lebih tinggi dl dalam negeri dibandingkan dengan mitra dagang utama akan menyebabkan harga relatif produk ekspor akan meningkat di luar negeri sehingga mengurangi daya saing produk tersebut di pasar international. Oleh sebab itu, manajemen nilai tukar juga menjadi bagian penting dalam kerjasama pengendalian inflasi secara terpadu. 1 Alesina dan Perroti 1995, "Fiscal Adjusment In OECD Countries Composition and Macroeconomic Effects ". Economic Policy 21, October 1995 Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Inflasi dari sisi penawaran umum dapat dijelaskan dengan adanya dorongan kenaikan biaya produksi, seperti upah, harga bahan baku, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, untuk mengendalikannya. 2Pemerintah harus melakukan usahausaha untuk menekan kenaikan harga faktorfaktor produksi, d'iantaranya dengan jalan melakukan deregulasi untuk menekan biaya tinggi yang mampu mengurangi hambatan isi penawaran, fasilitas infrastruktur sehingga supply bottle neck dapat diatasi. Faktor lain yang berkaitan erat dengan tingkat inflasi adalah besarnya uang bredar yang dinyatakan dalam pengertian sempit MI dan luas M2. MI adalah jumiah uang kartal dan giral. Jenis uang ini menggambarkan daya beli efektif yang dimiliki masyarakat yang secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa. Tingginya daya beli efektif masyarakat harus disesuaikan dengan kemampuan penawaran oleh sektor riil. Bila kapasitas produksi sektor rill tidak mampu memenuhi atau terjadi kelambanan respons produksi, rnaka akan terjadi kelebihan permitaan yang akan mendorong harga bergerak naik. Uang beredar dalam pengertian luas M2 terdiri dari MI ditambah dengan uang kuasi. Uang kuasi sendiri terdiri dari jumiah Seluruh tabungan dan deposito yang ada di masyarakat. M2 menggambarkan potensi total daya beli karena M2 sesungguhnya merupakan cadangan kekayaan cair milik masyarakat yang sewaktuwaktu dapat digunakan sebagai daya beli. Jika pengendali dan lebih ditujukan untuk rnengendalikan inflasi dari sisi permintaan, maka pengendalian M2 dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi dari SISI penawarannya. Ini dimungkinkan karena M2 merupakan dari neraca si termometer, sedangkan bagian bagian dari sisi aktivanya adalah tagihantagihan atau pinjaman yang dibedakan pada perekonomian. Ini berarti dengan mendorong laju pertumbuhan M2, berarti laju pertum buhan ekspansi kredit akan turun terdorong sehingga kapasitas dari sektor riil. 2 Adiningsih, Sri, 1996,Tingkat Bunga Riil, Inflasi dan Kebijakan Moneter IndonesiaTahun 19891995, working paper, UGM Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Hal tersebut berlaku bila diasumsikan pinjaman perbankan diinvestasikan dalam kegiatankegiatan yang produktif. Dalam kondisi seperti ini perbaikan sistem perbankan yang akhimya mengarah kepada peningkatan M2 dan pinjaman perbankan akan membantu menurunkan biaya produksi khususnya biaya bunga sehingga inflasi yang disebabkan ole. sisi penawaran dapat teratasi. Akan tetapi tidak selalu pinjaman perbankan tersebut diinvestasikan ke dalam sektorsektor yang produktif. Kegagalan pasar dan berlebihnya uang beredar akan mendorong kegiatankegiatan nonproduktif dan spekulatifyang dibiayai dengan pinjaman dari sektor perbankan. Kegiatan ini akan meningkatkan ekspektasi akan terjadinyai mendorong tingkat inflasi yang sebenarnya. Pada kondisi ini, maka otoritas moneter perlu mengendalikan laju pertumbuhan uang beredar agar tidak terjadi kelebihan pasokan uang dibandingkan dengan kebutuhah yang sesungguhnya. Hal ini terjadi pada tahun 1991 yang dikenal dengan nama kebijaksanaan uang ketat tight money policy. Faktor lain yang juga dipertimbangkan dalam ekonomi makro adalah defisit anggaran. Defisit anggaran anggaran dari seluruh penerimaan di luar pinjaman dengan total pengeluaran. Dalam anggaran pemerintah Indonesia, defisit anggaran tersebut terlihat sebagai selisih antara dana pembangunan dengan pengeluaran pembangunan. Dana pembangunan sendiri adalah penjumlahan an tara tabungan pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dikurangi dengan pengeluaran rutin dan penerimaan pembangunan. Dari konsep di atas jelaslah bahwa defisit anggaran di Indonesia dibiayai dengan penerimaan pambangunan, yaitu berupa Hibah dan pinjarnan luar negeri. Semenjak tahun Pertama pelaksanaan Repelital APBN Indonesia mengikuti konsep "Anggaran Berimbang" yang dinamis dan fungsional. Berimbang artinya jumlah keseluruhan pengeluaran harus tepat sama dengan jumlah keseluruhan penerimaan termasuk bantuan dan pinjaman luar negeri. Dinamis artinya dalam hal penerimaan lebih rendah dari perencanaan maka pemerintah mengurangi pengeluaran. Inijuga berarti bahwa pemerintah tidak melakukan pinjaman domestik dengan mengeluarkan obligasi. Sebal iknya manakala penerimaan melebihi target anggaran ini menjadi penting dalam manajemen ekonomi makro, anggaran mempunyai tiga fungsi utama Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 dalam roda Fungsi Alokasi yang mencakup penyediaan dana bagi kebutuhan masyarakat ban yak akan sarana dan prasarana yang tidak mungkin akan disediakan oleh swasta tanpa campur tangan Pemerintah. Kedua, Fungsi Distribusi yaitu pengeluaran entah yang diarahkan untuk mengurangi kesenjangan dan memeratakan pendapatan antar warga negara. Ketiga, Fungsi Stabilisasi yaitu anggaran pemerintah yang ditujukan untuk memelihara tingkat kesempatan kerja yang tinggi, kestabilan harga, dan pertumbuhan ekonomi yang mernadai.' Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen ekonomi maka pemerintah meningkatkan pengeluaran. Selain itu konsep dinamis juga diartikan adanya usaha peningkatan dalam penerimaan dan pengeluaran dari tahun ketahun. Prinsip ketiga yaitu fungsional dimaksudkan bahwa fungsi dari penerimaan pembangunan pinjaman luar negeri semata mata untuk membiayai pengeluaran pembangunan. Hal ini untuk menghindari penggunaan hutang luar negeri untuk pengeluaran rutin. Pengawasan terhadap defisit makro adalah besarnya defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan merupakan konsekuensi dari lebih tingginya pengeluaran masyarakat dibandingkan kemampuan perekonomian domestik di dalam negeri. Defisit transaksi berjalan bukanlah merupakan hal yang negatif. Pengaruh Faktor Ekternal dan Internal serta Kebijakan Moneter Terhadap Tingkat Suku Bunga di selama defisit terse but dapat diimbangi dengan pemasukan modal dari luar negeri dan digunakan untuk halhal yang produktif. Namun apabi la defisit transaksi berjalan tersebut dibiayai oleh pinjaman luar negeri baik yang dilakukan oleh perneri ntah maupun tidak diinvestasi sektor yang produktif, akan menyebabkan semakin besarnya defisit transaksi berjalan di masa mendatang. Ini terjadi karena adanya peningkatan dalam komponen pembayaran bunga dalam neraca pembayaran , selain itu pembayaran cicilan hutang yang berarti keluarnya modal akan memberatkan kemampuan dalam menutup defisit transaksi berjalan. Jika arus modal yang masuk lebih kecil daripada defisit transaksi berjalan, maka kekurangan terse but harus ditutup dengan pengurangan cadangan devisit. Dalam menejemen ekonomi 3 Anam, Haerul, 1995, Pengaruh Faktor Ekternal dan Internal serta Kebijakan Moneter Terhadap Tingkat Suku Bunga di Indonesia 1984. 1 tidak dipublikasikan, Tesis S2 UGM Yogyakarta. Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 makro, pemerintah dituntut untuk dapat menjaga besarnya defisit transaksi berjalan sesuai dengan kemampuan ekonominya. B. Pembahasan a. Kebijakan Fiskal Di Indonesia Seperti diuraikan diatas, dalam RAPBN, jumlah rencana penerimaan yang didefinisikan sebagai penerimaan dalam negeri ditam bah dengan Penerimaan pembangunan selalu tepat sarna dengan reneana. Belanja belanja rutin dan belanja pembangunan, meskipun dalam realisasi APBN total penerimaan dan total pengel uaran ini dari tahun ke tahun b lum tentu sarna. Oleh sebab itu, Anggaran Negara kita selalu dikatakan sebagai anggaran yang berimbang. Namun, definisi anggaran berimbang yang urnurn diterapkan di dunia berdasarkan GFS dan SNA, adalah keseimbangan antara penerimaan tanpa pinjarnan dengan total pengeluaran. Bila selisih ini positif maka terjadi surplus anggaran, sebaliknya bila negatif terjadi deft sit anggaran. Jadi pada dasarnya ada perbedaan definisi defisit dan surplus anggaran antara RAPBN kita dengan yang lazim digunakan oleh IMP. Dengan demikian, selisih antara rencana penerimaan pemerintah dalam hal ini penerimaan dalam negeri dengan seluruh reneana pengeluaran pembangunan di Indonesia yang dibiayai dengan penerimaan pembangunan yang terdiri dari hibah dan pinjaman luar negeri merupakan suatu anggaran belanja yang demikian, yang lebih penting dari pada definisi itu sendiri adalah bagaimana dampak dari konsep anggaran bedmbang yang dipakai Indonesia terhadap efektifitas kebijakan makro. Dengan perkataan pasangan kebijakan moneter dalam pengelolaan manajemen makro akan hilang artinya. Tentunya tidak, namun itu berarti kita pedu dengan benar mengukur dampak moneter dan dampak pertumbuhan dari kebijakan fiskal, tampa terikat pada definisi. APBN sebagai salah satu bagian dari neraca makroekonomijelas yang dapat diigunakan intuk memenuhi keadaan ekonomi. Pertimbangan pengeluaran pemerintah pada dasamya bertitik tolak dan diselaraskan 4 Mauro, P, "The effects of corrucption on Growth Investment, and Goverment Expenditure IMF Working Paper WP19619 "September 1996 Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 untuk mencapai sasaran rencana jangka panjang dan jangka menengah. Perekonomian nasional diharapkan mampu mendukung laju pembangunan yang lebih tinggi sesuai dengan target yang direncanakan, tanpa meningkatkan suhu ekonomi terialu cepat. Untuk itu perlu terus membangun prasarana ekonomi ekonomi yang diinginkan, efisiensi pemanfaatan dari prasarana yang ada, dan membangun sektorsektor lainnya termasuk sumberdaya manusia maupun teknologi nasional. Semuanya ini tidak pemah terlepas dari prinsip anggaran berimbang, yang artinya bahwa apabila sumber pendapatan terbatas, maka pengeluaran diseusaikan dengan sumber pembiayaan yang tersedia. Pada umumnya, pengeluaran rutin lebih sukar ditekan, kecuali dengau pencegahan kebocoran dan peningkatan efisiensi. Sedangkan pengeluaran pembangunan lebih mudah dijadwalkan kembali sesuai dengan arus dana yang tersedia. Sementara itu, deficit spending me1alui pinjaman luar negeri hanya diperuntukkan untuk pengeluaran pembangunan. Dalam rangka pemikiran inilah tampaknya konsep anggaran betimbang yang dinamis fungsional dipakai untuk mencegah atau menghilangkan defisit anggaran. Pada dasarnya setiap sektor memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lainnya walaupun derajat keterkaitannya sangat ekonorni terialu cepat. Untuk itu perlu terus rnernbangun prasarana ekonorni seperti listrik, telekornunikasi, pelabuhan jalan dan lainlain untuk rnendukung laju perturnbuhan satu sarna lainnya Walaupun derajat keterkaitannya sangat tergantung pada i Derajat keterbukaan suatu negara, biasanya diukur sebagai rasio antara ekspor dan irnpor terhadap PDB. Sernakin tinggi rasio ini sektor luar negeri, dan cara pembiayaan anggaran pemerintah, dan iii Tingkat monetisasi perekonomian, yang erat kaitannya dengan peng aruh sektor moneter terhadap sektor perekonomian itu, jelas bahwa era globalisasi dan intergrasi pasar uang dan modal sangat berpengaruh terhadap anggaran negara. Jelas pula bahwa anggaran pemerintah sangat berhubungan dengan neraca pembayaran, dimana defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran adalah sama dengan penjumlahan defisit anggaran pemerintah dan kesenj angan tabungan investasi. Densa Kdtd fain, sarah satu surnber defisit itransaksi berjalan adalah defisit dalam anggaran pemerintah. ltu sebabnya, diversifikasi ekspor 5 Expenditure IMF Working Paper WP/96/96 September 1996 Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 menjadi sangat penting artinya dal arn memperbaiki kondisi anggaran negara dan neraca pembayaran. Dan dalam hal ini pemedntah sudah melakukan kebijakan diversifikasi penerimaan yang sangat tepat dengan menghindari ketergantungan pada minyak ekspansif yang dilakukan oleh uang negara dewasa keliru mempunyai kontribusi yang besar, terhadap keseimbangan dalam neraca pembayaran. Untuk kasus Amerika Serikat misainya, banyak ekonom menyarankan agar pemerintah AS menurunkan defisit anggarannya untuk mengatasi defisit dalam neraca pembayarannya.' Semakin tinggi defisit anggaran domestik, maka akan terjadi ekspansi moneter yang besar pula. Dengan demikian kebijakan anggaran domestik akan mempunyai efek inflationer jika sektor riil tidak berkem bang mengimbangi pertumbuhan uang bcredar. Kasus Indonesia pada oil boom rnerupakan contoh yang paling menarik dihubungkan dengan kondisi di atas. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan uang beredar sangat tinggi sekitar 20 25% yang mengakibatkan inflasi . Salah satu sumbernya adalah defisit Liuksila, C., Garcia A. dan Bassett, S., "Fiscal Policy Sustaiabilitv oin anggaran domestik yang besar yang dibiayai dengan foreign surplus yang berasal dari penerimaan migas dan bantuan luar negeri. Dampak moneter dari anggaran sebetulnya dapat dikurangi jika pemerintah melakukan sterilasi dengan ineningkatkan deposito . pemerintah pada Bank Sentral atau mempercepat pembayaran hutang. Ara pertama dilakukan oleh pemerintah, tetapi pertam bahan deposit ini dijadikan oleh Bank Indoneisa sebagai sumber likuiditas yang Ekspansif atau Kontraktif Keterkaitan antar sektor moneter fiskal, prod uksi dan neraca pembayaran seperti yang diuraikan diatas menunjukan betapa APBN memiliki peran penting sebagai alat manajemen makro ekonomi. Peran ini semakin meningkat mengingat bahwaAPBN adalah yang relatif masih lebih dapat dikendalikan oleh kebijakan anggaran pemerintah, me kipun harus diakui bahwa masih luputnya pencatatan berbagai penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan bagian dari pemerintahan pusat dan daerah dapat menyebabkan semakin kurangnya kemampuan mengendalikan. Terlebih penting lagi 6 Liuksila, C., Garcia, A., dan Bassett, S., "Fiscal Policy Sustainability oin OilProducing Countries'; IMF workin Paper, WPI041137, November 1994 Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 adalah peran APBN dalam era globalisasi dan intergrasi pasar uang dan modal, yang menyebabkan semakin mengurangi keampuhan kebijakan moneter sebagai pengendali stabiiitas ekonomi. Salah satu contoh betapa besarnya pengaruh perkembangan ekonomi Internasional terhadap perekonomian suatu negara di era globalisasi ini jelas terlihat pada sektor moneter. Dalam perekonomian yang exposure keuangannya ke dunia Iuar diawasi ketat, mak a usaha pengendalian inflasi umumnya dilakukan dengan mengendalikan permintaan melalui peningkatan suku bunga yang akan menekan laju pertumbuhan kredit domestik sehingga mengurangi uang beredar. Namun, globalisasi yang cenderung mendorong semakin terbukanya neraca modal capital account suatu negara meni m bulkan dilema, yang menyebabkan semakin berkurangnya efektivitas instrumen tingkat bunga untuk menurunkan laju inflasi. alah atu penyebabnya adalah karena tingginya tingkat bunga domestik cenderung memperbesar interest rate differential dan mengundang masuknya investor asing di pasar uang Indonesia, sehingga Net Foreign Assets yang merupakan komponen uang primer akan ikut meningkat. Tanpa usaha sterilirisasi, hal ini . akan mendorong terjadinya peningkatan uang beredar, sedangkan usaha sterilisasi secara terus nenerus merupakan upaya yang sangat bagi Bank Indonesia. Ini berarti, usaha menekan permintaan melalui peningkatan suku bunga menjadi kurang efektif atau terpaksa dibayar mahal. Namun ada darnpak ikutan Iainnya yang Juga kurang dik hendaki less desirable. Dengan derasnya arus modal masuk ke Indonesia yang berarti suplai dolar meningkat, maka akan terjadi dorongan apresiasi nilai tukar rupiah. Dalam situasi dimana defisit transaksi berjalan semakin besar, maka kondisi ini sepatutnya harus dihindarkan, karena apresiasi nilai tukar akan cenderung membuat harga barang ekspor Indonesia relatif mahal dan harga barang impor terasa murah, sehingga cenderung mendorong defisit transaksi berjalan yang semakin besar lagi. Oleh karenanya, dalam perannya sebagai pendamping kebijakan moneter dalam mengendalikan stabilisasi ekonomi, maka berbagai pengamatan sering terfokus kepada fungsi stabilisasi dari anggaran negara. Anggaran yang bersifat kontraktif berpotensi untuk meningkatkan stabilisasi ekonomi dan sebaliknya anggaran yang ekspansif akan berpotensi mendorong ekonomi. Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Namun ukuran ekspansif atau kontraktifjuga beraneka ragam. Kelompok pertama bersifat perhitungan aritmatik, dengan melakukan pertam bahan dan pengeluaran dari unsur unsur yang dianggap ek pansi ner atau kontraksioner. Salah satu data yang sederhana menganggap bahwa kontraksi atau ekspansi dapat diukur berdasarkan persamaan dibawah ini, yakni Kontraksi + atau Ekspansi _ = Pengeluaran rutin Pembayaran hutang LN + Pembiayaan Pembangunan dalam Rupiah Berdasarkan definisi diatas terlihat bahwa Pemerintah bersikap ekspansif selama tahun tahun anggaran sebelum 1993/94, dan bersikap kontraktif sejak itu hingga saat ini. Demikian pula lMun terakhir ini sepefti hHlihat dari tabel dimana APBNP tahun nggaran 19996/97 menunjukkan terjadinya kontraksi sebesar Rp. 8 miliar. Alasan utama yang sering dipakai untuk bersikap kontraktif adalah untuk mengendalikan inf1asi agar tetap berada d1 bawah tingkat 10% per tahun. Namun demikian, secara teori tis, anggaran bersifat kontraktif daya beli yang di edot dari masyarrkat lebih besar dari kemampuan yang dipompakan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, pandangan lainnya menyatakan bahwa untuk itu pengeluaran yang benarbenar ditarik dari masyarakat adalah pajak saja, dan yang dipompakan kepada masyarakat adalah seluruh pengeluaran di dalam negeri. Sebagai contoh, APBNP APB perubahan tahun anggaran 1996/97 menunjukkan penarikan pajak sebesar Rp miliar, sedangkan pengeluaran rutin dikurangi pembayaran utaag dan cicilan lu r negeri &Ian ditarnbah dengan anggaran pemba gunan dalarn bentuk pembiillyaan rupiah adalah Rp miliar. Sehingga menurut definisi ini, telah terjadi ekspansi sebesar Rp miliar. Masih terhadap pula pandangan lainnya dalam pola pikir kelompok pertama, dimana bantuan proyek masih harus ditelaah lagi seberapajauh dampaknya terhadap peningkatan daya beli masyarakat; sehingga akan diperoleh angka ekspansi yang lebih besar lagi. Kelompok kedua adalah dengan menggunakan rill del rnakro untuk mengetahui dampak kebijakan anggaran terhadap berbagai indicator makro perekonomian seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, dan sebagainya. Selain arah dari dampak anggaranjuga dapat diketahui besarnya dampak tersebut. Ada beberapa pilihan model makro yang dapat dipergunakan. Diantaranya adalah model Computable General Equilibtium CGE, Budget Impact Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Model BIM, dan model makro ekonometrika. Berikut akan dijelaskan salah satu dad model di atas yaitu BlM, Model BIM, ciptaan Bent Hasan. dapat dipakai untuk menganalisa pengaruh APBN terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mengingat model ini memiliki 4 empat ciriciri yang sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia tersesbut, dimana Pertama, Pendek tan BIM mampu memisahkan efek pengeluaran yang benarbenar tedadi di dalam negeri dengan pengeluaran yang temyata dibiayai melalui impor; Kedua, Pendekatan BIM telah memperhitungkan berapa besar kenaikan pendapatan nasional yang kembali ke pemerintah dalam bentuk pajak; Ketiga, Pendekatan BIM mampu memperhitungkan berapa besar kenaikan pendapatan nasional yang ditransformasikan menjadi tabungan sehingga tidak menjadi kenaikan PDB Produk Dornestik Bruto riel pada tahun yang sarna dan Keempat,yakni 1. Pertumbuhan riel pengeluaran riel pemerintah. 2. Kenaikan pengeluaran pemerintah karena perubahan harga. 3. Perubahan besaran nilai pajak tak langsung. 4. Fluktuasi penerimaan pajak langsung. 5. Besaran marginal prospensity to con ume. 6. Besaran marginal prospensity to import. Dengan memperhatikan keenam faktor di atas tersebut, maka model BIM akan secara baik dapat digunakan untuk melihat apakah pengaruh APBN yang ekspansif Pendekatan ini mampu membedakan secara eksplisit antara efek kenaikan volume riel pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui expenditure multiplier dan efek kenaikan pengel uaran pemerintah karena perubahan harga dan gaji melalui price multiplier. Penggunakan BIM sebagai alat untuk menganalisa pengaruh APBN terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara akan efektif bila 6 enam faktor berikut diperhitungkan dan diamati secara cermat fluktuasinya. Keenam faktor terse but adalah terhadap pertumbuhan ekonomi juga ekspansif atau sebaliknya berdampak kontraktif. Demikian pula bila disuatu saat pemerintah melakukan APBN yang kontraktif, apakah Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi juga kontraktif atau malah sebaliknya bersifat ekspansif. Selain itu, model ini juga mampu melihat melihat dampak jangka panjang dan jangka pendek dari berbagai kebijakan pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Ketepatan dalam menghitung dampak multiplier inilah yang sebenarnya diperiukan untuk melihat dampak makro dari kebijakan anggaran pemerintah. Yang juga tidak kalah pentingnya untuk dimasukkan sebagai perhitungan adalah apakah Cadangan Anggaran Pembangunan CAP digunakan atau disimpan. Oleh karenanya, semakin kencang arti dari besaran hal itu hitungan konstral atau ekspansi, apalagi hitungan secara aritmatik sederhana. Yang lebih penting untuk diamati apakah kebijakan pemerintah konsisten untuk bersifat hatihati dan konservatif dalam rencana anggarannya. Data yang ada hingga saat im tidak dapat menolak kenyataan bahwa memang pemerintah cenderung terus memilih kebijakan fiskal yang konservatif yakni bersikap kontraksioner atau kurang ekspanioner dengan berjalannya waktu. Namun, uraian diatas membersitkan pertanda, bahwa dalam era integrasi pasar uang dan modal, kebijakan moneter harus sepenuhnya didukung oleh kebijakan fiskal yang diukur berdasarkan dampak moneternya, dan untuk itu diperlukan perhitungan yang seakurat mungkin. c. Redefinisi Konsep Kebijakan Fiskal Namun demikian, pengamatan mengenai keberhatihatian pemerintah dalam menetapkan anggarannya, dengan memasukkan unsurunsur keterbukaan pasar barang danjasa yang semakin pesat, tidak berarti bahwa kita harus berpuas dengan apa yang telah dilakukan saat ini. lntegrasi pasar uang dan modal mengakibatkan semakin 'mobile' nya dana, dan semakin sensitifnya suatu negara terhadap berbagai indicator ekonomi dan rumor yang menyertainya. Oleh karenanya, di lahan yang sebenarnya masih bisa diamati secara baik oleh pemerintah, sikap yang maksimal untuk mengurangi exposure hutang serta merekam setiap kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengel uaran pemerintah menj adi sangat lebih penting artinya. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan pajak. Dalam rangka ini, peningkatan usaha penerimaan pajak melalui berbagai cara perlu dilakukan. Cara lain adalah dengan meningkatkan penerimaan nonpajak, yang Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 sampai saat ini baru berbentuk penerimaan dividen dari BUMN dan penerimaan hasil privatisasi. Tidak tercatatnya arus penerimaan atau pengeluaran pemerintah non pajak melalui APBN yang harus disahkan oleh wakil rakyat akan menyebabkan semakin sukanya memperhitungkan dampak inflator, dampak distributive, maupun dampak alocative dari APBN. Bagaimana cara menekan defisit anggaran atau hutang luar negeri menjadi penting, karena fokus pada primary deficit dan rasio debttoGDP sedangkan rill dan bahkan perhatian kita bahwa komposisi dari penekanan defisit mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kesuksesan dalam jangka panjang maupun terhadap ekonomi secara keseluruhan. Sehingga tidak kalah menariknya untuk menelaah apakah ada perbedaan hakiki dalam dampak makro penyesuaian fiskal dengan pemilihan strategi penekanan pengeluaran dibanding dengan strategi peningkatan pajak. Alesina dan Perroti 1996 dalam tulisannya berjudul 'Fiscal Adjustments in GECD Countries Composition and Macroeconomic Effects J menunjukkan bahwa komposisi dad penyesuaian anggaran mempengaruhi kemungkinan sukses yang didefinisikan sebagai pembangunan tidak akan dapat lama dipertahankan dan bersifat konstraksi. Meskipun demikian, mereka menyadari bahwa pilihan pertama sering kurang disukai karena dampak distribusinya, dan oleh sebab itu sangat menarik untuk dipelajari Iebih lanjut. Tentunya penemuan diatas kurang relevan bagi kita, dan mungkin hanya relevan bagi negara yang berbentuk welfare state dengan berbagai bentuk jaminan sosial dan kesejahteraan yang sering terasa sangat berleebihan, seperti misainya di negara Skandinavia dan negara Eropa lainnya. Oleh sebab itu dapat dimengerti bahwa kecenderungan penyesuaian fiskal kita dalam rangka menutupi defisit anggaran adalah dengan upaya peningkatan pajak, dan bukannya dengan menekan gaji pegawai negeri atau jaminan sosial yang relatif sudah sangat minim. penekanan defisit dalam jangka panjang serta mempunyai dampak makroekonomi yang berbeda. Mereka menemukan bahwa penyesuaian anggaran melalui pemotongan pengeluaran transfer dan gaji pegawai negeri mempunyai kemungkinan 'sukses' yang lebih tinggi dan bersifat Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 ekpansioner. Sebaliknya, penyesuaian anggaran melalui peningkatan pajak dan pemotongan pengeluaran7d. Perbaikan perpajakan administrasi Gambaran terakhir memperkirakan realisasi penerimaan pajak 1996/1997 tidak akan mencapai target, antara lain disebabkan rendahnya penerimaan Pajak Pertambahan Nilai PPN dan bea masuk BM, Secara total, memang perkiraan penerimaan pajak 1996/ 1997 akan mencapai sebesar Rp. 55, 883 triliun atau hanya 0,3% lebih rendah dari sasaran. Akan tetapi apabila kita melihat kompon nnya, maka terlihat beberapa un sur yang dominan menyebabkan penurunan ekonomi. Pertama adalah penerimaan Bea Masuk lebih rendah dari sasaran. Hal ini mudah dimengerti karena memang terdapat penurunan tarif BM sebanyak 428 pos tarif pada deregulasi Januari 1996, serta pembebasan khusus bagi impor mobnas. Namun, penerimaan Pajak Pertambahan ilai PPN juga temyata 6,4% lebih rendah dari sasaran APBN atau hanya Rp. 20,393 triliun, yang dikatakan akibat naiknya pembedaan re titusi PPN serta perkembangan sektor otomotif dan industri lainnya yang lebih rendah dari perkiraan. Dilihat dari turut administrasi nya, mengakibat naiknya dari pemungutan pajak serta upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, penerimaan Pajak Penghasilan Pph diperkirakan mencapai Rp. 25,496 triliun atau 7,5% di atas target Demikian pula halnya dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang mencapai triliun, juga sedikit melebihi sasaran, maupun penerimaan cukai yang 4,6% lebih tinggi dari sasaran disebabkan kenaikan produksi barang kena cukai dan penyesuaian harga dasar dalam pemunguntan cukai. Sementara itu, harga ratarata minyak mentah yang melampaui harga patokan APBN 1996/ 1997 menyebabkan penenmaan laba bersih minyak LBM mendekati nol, menimbulkan subsidi BBM sebesar Rp. 1,416 triliun. 7Ariff, Mohamed, 1996, Effect of Financial Liberalization on Four South East Asia Finansial Market, 19731994, ASEAN Economic Bulletin Vol. 12 ISEAS. Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Tanpa mengecilkan arti perbaikan administrasi perpajakan yang terlihat saat ini, mungkin beberapa kiat yang bisa dilakukan seperti diusulkan Tanzi dan Pellechio 1995, antara lain 1. Pembentukan Unit Khusus untuk pembayar pajak besar Salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam administrasi perpajakan modern adalah dengan membentuk unit khusus untuk memonitor pungutan pajak dari pembayar pajak besar. Anggota dari Unit Khusus ini hendaknya dipilih dari mereka yang sudah terlatih baik dan memiliki keahlian yang memadai untuk mengikuti dan mengaudit usaha para pembayar pajak besar ini, yang umumnya sangat rumit dan luas serta tersebar di berbagai negara dalam bentuk Multi National Corporation yang dengan mudah melakukan penghindaran pajak melalui transferpricing, misalnya. Para pembayar pajak besar ini meskipun tidak besar jumlahnya,namun sumbangannya terhadap PPN ataupun PPh sedng mencapai 90% dad total penarikan pajaktersebut, disamping kenyataan ini umumnya juga memegang peran ar dalam Witholding Tax. Dengan tujuan untuk melakukan pemungutaf pada waktunya, Unit Khusu ini juga dapat mencegah terjadinya kealah perhitungan, baik diseminarkan 1ebih dini. Dernikian besar dampaknya sehingga 25 negara telah melakukannya, antara Perancis, termasuk Amenka . serta Australia, Spanyol, Inggris, Burkin aso, Argentina, Belgia, Brazil. Colombia, El Salvador,dan lainlain. Dengan beberapa halnya dengan beberapa keberlakuan ujilainnya juga sedang mencoba konsep ini. Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan penduduk, maka kelompok yang tergolong 'besar' juga akan semakin meningkat, seperti halnya Argentina yang memulai kelompok tersebut dengan perusahaan dan individual, yang sekarang berkembang menjadi perusahaan dan individual yang termasuk dalam monitoring ini. 2. Memperbaiki administrasi pemungutan pajak golongan kecil Administrasi pemungutan pajak golongan kecil umumnya sangat sukar, terutama karena pernbukuan yang kurang baik, sehingga beberapa negara melakukan penyederhanaaa. Mungkin dapat dipertimbangan berbagai altematif untuk menggantikan pajak bagi peng aha kecil, antara lain i menetcpkan sernacam pembayaran tahuno, Annual Fee, yang Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 dibedakan berdasarkan jenis usahanya, atau ii Presumptive Tax, dimana pend. patan terkena pajak didasarkan atas suatu tolok ukur tertentu seperti misalnya jumiah buruh, total pembayaran gaji, jenis harta, dan lain sebagainya. Kedua cara ini mungkin akan lebih efektif untuk memungut pajak dari perusahaan dan golongan nya yang belum memiliki kemampuan mengadakan pembukuan dengan baik. Namun apabila tidak dilakukan secara berhatihati atau terlalu besar bebannya, akan menjadi counter productive. C. Kesimpulan Upaya kontraksi fiskal yang dilakukan pemerintah, serta upaya reformasi perpajakan akan dengan mudah hambar dengan masih banyaknya dana yang tidak terekam oleh APBN, yang dikenal dengan 'dana nonbudgeter. Dengan semakin meningkatkan pendapatan dan pendidikan rakyat serta dengan diharapkannya meningkatnya kesadaran membayar pajak, adalah lumrah apabila masyarakatjuga semakin kritis terhadap hakhaknya sebagai terpayeryang baik. Kesan terjadinya arus luar dari penanganan uang negara dapat merupakan alasan untuk tidak menjadi wajib pajak yang baik, karena secara aktuil mungkin mereka sudah terkena beban pungutan yang bersifat sebagai pajak bagi mereka. Belum lagi apabila kita ingat bahwa kebocoran akibat korupsi akan sangat mempengaruhi bukan saja pengeluaran pemerintah, akan tetapi juga pertumbuhan dan investasi; seperti yang diuraikan Paolo Mauro 1996 dalam studi perbandingan antar negaranya. Seperti kita ketahui, Anggaran pemerintah Indonesia tidak dapat sepenuhnya merekam seluruh aspek anggaran pemerintah. Artinya, tidak seluruh penerimaan dan tidak seluruh pengeluaran pemerintah tercatat di APBN, seperti misalnya dana reboisasi dan iuran TV. Contoh lain adalah dana swadaya . masyarakat yang dipergunakan untuk membangun fasilitas sosial, seperti pembangunan jembatan, jalan, langgar, balai desa, dsb. Satu contoh lagi misalnya kegiatan ini menyumbang secara tidak langsung pada . pertumbuhan kemajuan ekonomi maupun pemerataan pendapatan, tetapi penerimaan dan pengeluaran ini tidak tercantum dalam APBN. Demikian pula halnya dengan berbagai pungutan oleh pemerintah pusat dan daerah yang tidak melalui APBN, yang saat ini sedang diusahakan penyempumaannya melalui UU penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP yang tengah dibahas di DPR. Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Oleh sebab itu, sistem keuangan negara yang terpadu dan accountable merupakan prasyarat bagi kredibilitas pemerintah untuk meningkatkan rasa sadar wajib pajak, dan terlebih lagi dalam vactualitas ilmu menjadi alat manajemen ma ro yang baik. Undangundang undang bW bawa dan enforceable adalah salah satu jawabannya yang akan kurang optimal apabila komitmen seluruh pelaku baik pemerintah maupun swasta tidak menyertainya. Hal ini jelas terlihat dari perbandingan berbagai negara seperti terlihat pada Tabel 3 dibawah ini yang diambil dari Allan 1 994, dimana peran dan otoritas Menteri Keuangan sangat jelas dan besar termasuk dalam hal memonitor penggunaan pinjaman pemerintah. Jurnal Al-Syir’ah Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2006 Daftar Pustaka Alesina dan Perroti 1995, Fiscal Adjusment In OECD Countries Composition and Macroeconomic Effects "Economic Policy 21, October 1995 Liuksila, C., Garcia, A., dan Bassett, S., "Fiscal Policy Sustainability oin OilProducing Countries IMF "workin Paper, WP/041137, November 1994 Mauro, P., "The effects of corrucption on Growth Investment, and Goverment Expenditure IMF "Working Paper, WP/96/96, September 1996 Tanzi, V. dan Pellechio, T, "The reform of Tax Administration WP/95/22 "February 1995 Anam, Haerul, 1995, Pengaruh Faktor Ekternal dan Internal serta Kebijakan Moneter Terhadap Tingkat Suku Bunga di Indonesia1984. 11991. 4, tidak dipublikasikan, Tesis S2 UGM Yogyakarta. Adiningsih, Sri, 1996,Tingkat Bunga Riil, Inflasi dan Kebijakan Moneter IndonesiaTahun 1989 1995, working paper, UGM. Ariff. Mohamed, 1996, Effect of Financial Liberalization on Four South East Asia Finansial Market, 19731994, A EAN Economic Bulletin Vol. 12 I o. 3 ISEA . Ikhsan, Mohamad, 1992 Penentuan Tingkat Bunga di Indonesia Dampak Deregulasi Junil983 hingga 1989, Jurnal Ekonomi Indonesia, April, Insukindro, 1990, The Short and Long term .. Determinants of Money ana J d Bank Credit Market This study seeks to explore Islamic macroeconomics as a new paradigm and its application in controlling inflation, monetary and fiscal in conventional and Islamic macroeconomics. Then explore some points about the development of macroeconomics at the time of the Prophet Muhammad. The approach method used in this study is descriptive qualitative analysis, with library research data collection techniques using secondary data in accordance with a number of relevant literature. Then the data analysis technique was carried out by inductive deductive techniques. The results show that monetary policy is an important instrument of political policy in the economic system, both conventional and Islamic and this policy has existed and began to develop since the time of the Prophet Muhammad. The fundamental difference between Islamic and conventional macroeconomics lies in the purpose and prohibition of interest in Islam, the condition for achieving and ensuring the proper functioning of the monetary system is that the monetary authority must supervise the entire system. Monetary policy and fiscal policy are macroeconomic policies that are very important in relation to achieving inflation targets and economic growth. Therefore, in an effort to overcome inflation, monetary and fiscal policies, the government can carry out various macroeconomic policies to achieve inflation targets and economic J. PellechioTax administration plays a crucial role in determining a country`s real or effective tax system. Unfortunately, tax administrations in many countries do not function optimally and distort the intention of tax laws. In order for taxation to have its intended effect on the allocation of resources, the distribution of income, and macroeconomic stability and growth, the tax administration must function effectively and efficiently. This paper addresses tax administration reform by describing briefly the causes for inefficient tax administration, identifying the essential elements of successful reform, and presenting measures to improve the tax administration. The common thread of a reform strategy is to focus administrative resources on problems in the tax collection system through promotion of voluntary taxpayer compliance and adoption of a logical sequence of procedures for efficiently identifying and handling instances of Ph. D.-University of Essex, 1990. Includes bibliographical references leaves 288-313. Alesina DanAlesina dan Perroti 1995, Fiscal Adjusment In OECD Countries Composition and Macroeconomic Effects "Economic Policy 21, October 1995The effects of corrucption on Growth Investment, and Goverment Expenditure IMF "Working PaperP MauroMauro, P., "The effects of corrucption on Growth Investment, and Goverment Expenditure IMF "Working Paper, WP/96/96, September 1996Tingkat Bunga Riil, Inflasi dan Kebijakan Moneter IndonesiaTahunSri AdiningsihAdiningsih, Sri, 1996,Tingkat Bunga Riil, Inflasi dan Kebijakan Moneter IndonesiaTahun 1989 1995, working paper, of Financial Liberalization on Four South EastAriffMohamedAriff. Mohamed, 1996, Effect of Financial Liberalization on Four South EastPenentuan Tingkat Bunga di Indonesia Dampak Deregulasi Junil983 hingga 1989Mohamad IkhsanIkhsan, Mohamad, 1992 Penentuan Tingkat Bunga di Indonesia Dampak Deregulasi Junil983 hingga 1989, Jurnal Ekonomi Indonesia, April,